Be the change in Your World

Be the change in Your World
I am an AIESECer

Selasa, 20 Desember 2011

Tugas Karya Ilmiah

Tugas Bahasa Indonesia

Laporan Karya Tulis

Tentang Pemanfaatan Kompos Kulit buah Kakao sebagai pupuk organik

Oleh:

Aisyah Zardi
XI C2
SMA N 1 Payakumbuh

Bab1.Pendahuluan
1.1.Latar Belakang

Pemupukan adalah salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sebagai akibat dari perubahan keadaan untuk pertumbuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang kurang bahkan tidak tersedia sama sekali di dalam tanah, untuk mendukung pertumbuhan tanaman baik pupuk organik maupun pupuk anorganik (Geonadi, 1997).
Selama ini penggunaan pupuk anorganik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi suatu tanaman, namun cara ini meningkatkan biaya produksi dan meningalkan efek yang buruk terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa penambahan bahan organik akan mengganggu kehidupan biologis tanah yang sangat berperan dalam memperbaiki sifat biologis tanah dan juga berakibat buruk terhadap kesehatan manusia.
Kepala Litbang Pertanian menyatakan bahawa pupuk hayati (biofertilizer) atau pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia tunggal maupun majemuk hingga 200%. Jika teknologi pupuk organik ini diterapkan maka akan dapat menghemat konsumsi pupuk kimia.
Saat ini petani cenderung memilih menggunakan pupuk kimia daripada menggunakan kompos karena kandungan hara di dalam pupuk kimia lebih tinggi, sehingga pengaruhnya pada tanaman lebih cepat terlihat, sedangkan kompos pengaruhnya tidak terlihat dengan cepat. Akibatnya kandungan bahan organik tanah berkurang, kesuburan tanah menurun dan hasil panen terus menurun. Kondisi ini mendorong petani menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang semakin meningkat.
Salah satu cara untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah seperti semula adalah dengan menambahkan kompos ke tanah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk kimia. Menurut Spillane (1995) dalam Sudirja, Amir dan Santi (2005) mengemukakan bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Berdasarkan data statistik perkebunan 2006, luas areal kakao di indonesia tercatat 992.448 ha, dan produksi 560.880 ton dan tingkat produktifitas 657 kg/ha/th.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dimanfaatkanlah kulit buah Kakao sebagai kompos. Proses pengomposan alami akan memakan waktu yang cukup lama. Namun sekarang dengan menggunakan teknologi yang tidak hanya bisa memperpendek waktu pematangan kompos, tapi juga bisa menghasilkan kompos yang berkualitas tinggi yang mengandung hara makro dan mikro yang baik untuk pertumbuhan dan peningkatan tanaman.
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos sebagai pupuk organik mempunyai fungsi untuk memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Tanaman Kakao merupakan tanaman yang menghasilkan biki-bijian yang dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Untuk meningkatkan devisa negara maka pemerintah menetapkan Sumatera Barat sebagai pusat pengembangan tanaman Kakao untuk daerah Indonesia bagian barat. Dilihat dari banyaknya produksi maka dapat dibayangkan pula banyaknya limbah kulit buah Kakao yang akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sarang nyamuk sehingga bila tidak dilakukan penanganan yang tepat akan menimbulkan penyakit bagi manusia.
Menurut Lingga P, Marsono, 2006 penggunaan kompos sebagai pupuk tidak berbeda dengan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Berdasarkan hasil penelitian Subhan (1990) dalam Rukmana R (2005) penggunaan pupuk pada tanaman TSP 400 kg/ha (200 kg P2O3/ha), KCL 150 kg/ha (75 kg K2O/ha, dan Urea 200 kg/ha digunakan sebagai pupuk susulan.
Salah satu cara mempercepat pelapukan kulit kakao adalah dengan menggunakan decomposer Trichoderma Havzianum, yaitu salah satu jenis jamur yang potensial dan berkemampuan tinggi untuk merombak kulit kakao karena mempunyai enzim-enzim perombak sellulosa yang lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Goenadi (2000) dalam Isroi (2009) didapatkan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 % N, 26,61 % C-organik, 0,31 % P2O5, 6,08 % K2O, 1,22 % CaO, 1,37 % MgO dan 44,85 cmol/kg KTK. Dan aplikasi kompos kulit buah kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48 % pada tanaman kako.





Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Limbah Kulit Kakao Sebagai Kompos
Sistematika tanaman kakao (Theobrama cacao L) menurut (Tjitsoepomo 1988 dalam Wahyudi dkk, 2008) dapat disebutkan sebagai berikut:
Divisio : Spermathopytha
Sub Division : angiospermae
Sub Kelas :Dialypetalae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobrama
Spesies : Theobrama cacao L
Menurut Syarief (1986) suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkan tersedia dengan cukup, dan unsur tersebut berada dalam keadaan seimbang untuk diserap tanaman. Pemupukan adalah salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Yang dimaksud dengan pupuk adalah setiap bahan yang dimasukkan kedalam tanah sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi dan biologi sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kulit bauh kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan di sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dengan dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos. Rachman (2003) mengemukakan bahwa secara garis besar keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.
Simartmata (1997) menyatakan bahwa untuk menaikkan produktivitas sekaligus mempertahankan tingkat kesuburan tanah perlu adanya pemberian pupuk organik. Pupuk organik merupakan dinamisator dan aktivator bagi biota tanah, meningkatkan ketersediaan hara, kesuburan sifat fisik tanah.















Bab III Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
Kompos merupakan inti dan dasar terpenting dari berkebun dan bertani secara alami, serta merupakan jantung dari konsep pertanian organik (Djajakirana, 2002). Penggunaan kompos sangat baik karena dapat menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah, serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia. Karena keunggulannya tersebut, kompos menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia karena harganya murah, berkualitas dan akrab lingkungan.

3.2.Fungsi penting Kompos
Muller Samann dan Kotschi (1997) menyimpulkan empat fungsi penting kompos yaitu:
1. Fungsi nutrisi, nutrisi yang disimpan diubah menjadi bahan organik, jaringan mikroorganisme, produk sisanya, dan humus. Kompos adalah pupuk yang lambat tersedia, hara yang dihasilkan tergantung pada bahan dasar dan metode pengomposan yang digunakan.
2. Meningkatkan struktur tanah, yaitu melalui peningkatan persentase bahan organik yang meningkatkan struktur tanah.
3. Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tahan. Kompos juga meningkatkan kemampuan mengikat air dan agregat tanah, meningkatkan infiltrasi, menghalangi terjadinya erosi dan menunjang penyebaran dan penetrasi akar tanaman.
4. Memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman yang diberi pupuk kompos lebih tahan terhadap hama dibandingkan tanaman yang tidak diberi kompos maupun yang tidak dipupuk.

3.3. Kompos sebagai pembentuk kesuburan tanah
Salah satu unsur pembentuk kesuburan tanah adalah bahan organik, salah satunya kompos. Oleh karena itu dengan memanfaatkan limbah padat organik yang dihasilkan tanaman perkebunan menjadi bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Sifat bahan organik diantaranya merupakan humus (bunga tanah) yang dapat menjaga atau mempertahankan struktur tanah sebagai sumber hara, nitrogen, fosfor dan kalium yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta meningkatkan daya menahan air. Bahan organik tersebut juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang dapat memicu bersarangnya nyamuk.

Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dariperkebunan kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan di sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.

Adapun limbah yang dihasilkan dari buah kakao yaitu berupa kulit buah kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan masalah lingkungan di sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos.menurut Hengki (2006) kompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk kimia. Kompos ini telah digunakan di bidang perkebunan sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik seperti limbah pertanian padat yang proses dekomposisinya menggunakan bantuan mikroorganisme.











Bab IV Proses Penelitian (Cara Pembuatan Kompos)

4.1. Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos organik dengan memanfaatkan limbah kulit kakao:
1. Kulit buah Kakao 100kg
2. Pupuk Kandang sapi 50kg
3. Trichoderma Harzianum
4. Gula Pasir 500 gr

4.2. Cara Pembuatan

1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Cincang kulit buah kakao dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan tumpuk
3. Tambahkan pupuk kandang dan aduk sampai tercampur rata
4. Tambahkan Trichoderma dengan cara melarutkannya dengan air, kemudian siramkan di atas tumpukan kulit buah kakao.
5. Setelah itu tumpukan kulit buah kakao ditutup dengan plastik
6. Setiap 5-7 hari dilakukan pengadukan
7. Kompos diperkirakan matang setelah berlangsung fermentasiantara 6-7 minggu

No Kandungan Unsur Jumlah (%)
1. Nitrogen (N) 1,50
2. Phospat (P) 4,01
3. Kalium (K) 5,40
4. Kalsium (CaO) 2,80
5. C organik 7,80
6. pH 8,00
7. Kadar Air 17,20
8. C/N 5,20













Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknologi pengomposan dan strategi pemanfaatan kompos limbah kulit buah kakao sebagai pupuk organik perlu diperhatikan guna meningkatkan kualitas kompos tersebut.
2. Pemberian kompos kulit buah kakao ke dalam tanah sebagai bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara baik mikro maupun makro pH tanah.

5.2. Saran

Mengingat potensi limbah kulit buah kakao maka ada beberapa hal yang perlu direkomendasikan:
1. Adanya sosialisasi kepada petani untuk dapat memanfaatkan kompos kulit buah kakao sebagai pupuk organik pada berbagai tanaman.




Daftar Pustaka

Geonadi. 1997. Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Biotek. Perkebunan untuk Praktek. Bogor 27 hal.
Isroi. 2009. Pengomposan Limbah Kakao. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor. ://www.Isroi.org (Agustus 2009).
Lingga, P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sudirja, S M. Amir Solihin, Santi Rosniawaty. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Universitas Padjajaran. Bandung. 35 hal. Http ://www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar